Tuesday, October 7, 2014

Sang Awan





Memandangmu  dari kejauhan merupakan suatu keindahan.
Berfikir andai saja aku dapat  menyentuhmu dengan jari-jari ini. Pasti begitu lembut.
Kau seperti berjalan begitu sangat lambat di atas sana.
Dengan barisan burung yang berusaha untuk menerpamu, namun kau tetap terlihat gagah di atas sana.
Terbentang sangat luas. Warna putihmu yang sangat indah saat berkolaborasi dengan birunya langit.
Melihatmu seperti melihat separuh dunia.
Sedikit saja dengan imajinasi seketika kau bisa berubah bentuk.
Andai aku bisa berbaring di atas gumpalan-gumpalan putihmu yang empuk itu, pasti sangat menyenangkan.
Ingin berkelana di atas awan..
Menapaki kelembutannya.
 Dan Aku dapat melihat seluruh isi dunia dari atas sana.
Aku juga dapat menjelajahi seluruh belahan dunia.
Aku  dapat merasakan hangatnya mentari lebih dekat.
Aku  juga dapat melihat kilaunya bintang- bintang lebih dekat pada saat malam
Walau hanya dalam khayal
Tapi sangat menyenangkan.

Sunday, September 28, 2014



 The Tree
 
 
Terbesit jelas dibenaku  beberapa tahun yang  lalu
Suasana yang begitu mencekam dan begitu menakutkan.
Masih sangat terngiang moment-moment saat itu..
Masih terbayang jelas hingga sekarang..
Tiba-tiba saja mereka datang dan seperti merencanakan sesuatu..
Sesuatu yang sepertinya tidak kusukai..
Aku begitu ketakutan ketika melihat seluruh keluargaku seketika dibantai oleh mereka..
Satu persatu..
Di cabik dan Diseret dengan keji...
Aku Mendengar jeritan-jeritan mereka..
Begitu jelas terdengar..
Benda-benda yang mereka bawa dengan sekejap memutilasi tubuh saudara-saudaraku..
Tubuh mereka seketika  menjadi serpihan- serpihan yang terbuang begitu saja..
Sebagian juga hanyut dibawa oleh arus sungai..
Hutan berubah menjadi tempat yang begitu mengerikan.
Banyak kobaran api dimana-mana..
Para burung terbang memecah tidak menentu..
Panik mencari anak-anak mereka yang masih berada di dalam sangkar yang mungkin tlah menjadi korban..
Aku tak sanggup jika melihat moment itu.
Sangat menyedihkan..
Sekarang hanya tinggal aku sendiri..
Berdiri di antara gedung-gedung yang menjulang tinggi dan begitu megah..
Ya! hanya tinggal aku.
Sekarang Aku berdiri di sebuah taman kecil.
Taman yang tepat berada di tengah kota yang dulunya adalah  sebuah  hutan..
Yang dulunya adalah sebuah rumah bagiku,
Namun tidak sekarang.
Sungguh sangat berbeda.
Sekarang penuh dengan keramaian..
Banyak anak-anak yang bermain di sekelilingku,
Namun dibalik semua itu tetap saja aku masih merasa sepi.
Tetap saja aku masih merasakan rindu yang amat sangat dengan seluruh keluargaku.
Rindu akan keceriaan yang dulu.
Rindu menikmati ketenangan suara Alam yang indah..
Tak ada lagi burung-burung yang berkicau di atas ranting-rantingku..
Tidak ada lagi suara gemericik aliran sungai yang mencerminkan kejernihannya..
Tidak ada aroma angin yang sejuk..
Tidak ada lagi..
Yang ada hanyalah suara keributan..
Suara-suara yang membuatku tidak tenang..
Hanya ada gumpalan-gumpalan asap hitam yang keluar dari cerobong-cerobong pabrik..
Dan dari berbagai kendaraan..
Semua suasana itu menyadariku.
Bahwa sekarang aku hanyalah sebatang pohon yang pemurung..
Aku hidup sudah sangat lama.
Banyak yang sudah berubah..
Termasuk Tubuhku..
Ternyata aku sudah mulai Menua.
Akar dan ranting-rantingku sudah mulai rapuh.
Daun-daunku sudah  tak selebat dan serimbun dulu..
Aku pun sudah tidak segagah dulu.
Tubuhku sudah mulai membungkuk..
Selalu terbesit dibenakku..
Andai aku ikut menjadi korban dalam pertikaian di waktu itu..
Andai aku tak dibiarkan hidup sendiri oleh mereka disini.
Andai aku tidak menjadi yang terpilih.
Andai di waktu itu aku bisa memohon kepada mereka.
Aku ingin memohon untuk membiarkan aku dan seluruh keluargaku untuk tetap hidup.
Memohon untuk tidak menjatuhkan tubuh  kami dengan paksaan dan cara yang begitu kejam.
Membiarkan kami hidup sampai daun-daun kami mengering dan berguguran secara alami.
Membiarkan kami untuk merasakan masa tua kami.
Hidup dengan ketenangan dan memberi manfaat bagi semua makhluk di bumi..
Tidak ada ketakutan..
Tidak ada kekejian..
Dan tidak ada Penebangan Liar..
Disini..
Dirumah kami..
Di bumi kita ini.

Sunday, September 14, 2014

Menara





Kisah Negeri 5 Menara mencerminkan kisahku dengan sahabat kampusku. Dulu jumlah kami memang 5 orang tetapi karena 1 orang sudah  keluar dan memilih pindah kejurusan laiin. Berarti sekarang tinggal 4 menara. Akankah kedepannya berkurang menjadi hanya 3 menara. Atau bahkan menjadi 2 menara?? Mudah-mudahan Tidak. Insyaallah menara-menara itu tetap  berjumlah 4  dan suatu saat nanti dapat berdiri kokoh di tanah impiannya masing-masing.
Menjulang setinggi mungkin untuk dapat bertemu kembali di puncak tertinggi, dengan senyuman termanis yang selama ini telah lama pudar. Menghelakan nafas letih, lalu menghirup udara kelegahan. Mempererat genggaman yang dulu hampir lepas. Menatap angkasa yang terlihat hampa namun ternyata penuh berjuta keramaian di balik awan yang bergelombang. Melihat hiasan langit lebih dekat yakni jajaran burung-burung yang melintas tepat di atas kepala. Menyapa sang Mentari yang hampir kita gapai. Dan semua itu adalah impian kita Sahabat dan akan tetap menjadi impian kita.. Amiinn. 

Friday, September 5, 2014

Menanti Sebuah Hati

Terkadang aku takut apakah penantian ini berujung seperti yang diharapkan ?
aku takut, apabila semuanya tak sesuai dengan keinginan.
Bingung..
Tak tau harus bagaimana..
Yang kutahu saat ini, hanya yang kurasa dari dulu hingga sekarang, sampai detik ini. Dimulai dari awal, Tlah terlukiskan semua. Aku hanya mencoba bertahan dan berdiri di dalam kehampaan yang begitu menyiksa batin.. Menahan rasa sesak di dada. Menahan rindu saat kau jauh disana. 

Monday, September 1, 2014

Bollywood By Nasution Simangambat Khan

The Secret of Symphony


Ilustrasi dibuat oleh Tri Kesumawati ( Sang Ibu )
Ilustrasi dibuat oleh Tri Kesumawati (Sang Ibu )

Suara merdu itu lagi lagi terdengar, suara alunan biola yang mampu menggelitik telingaku. Perlahan aku mengikuti dari mana irama-irama itu berasal, hatiku sangat nyaman setiap mendengar alunan biola itu. Terdengar jelas disetiap gesekan senarnya yang menghasilkan suara yang begitu indah. Langkahku  seperti melayang dan begitu ringan beriringan mengikuti suara merdu yang aku tak tau berasal dari mana. Dan seperti biasa alunan-alunan merdu itu berasal dari sebuah danau yang berada tidak jauh dari vilaku. Belakangan ini aku memang sering mendengar alunan musik itu tapi hasilnya selalu sama. Aku tak pernah berhasil melihat dan menemukan siapa yang sangat jago memainkan alunan biola yang sangat begitu indah didengar. Aku ingin mengenalnya. Aku ingin berkenalan dengannya lebih dekat dan aku ingin mendengar alunan biola itu lebih dekat. Aku ingin melihat secara langsung orang yg memainkan biolanya. Pasti sangat menyenangkan sekali. Mungkin aku juga bisa belajar darinya.  Namun aku sering merasa kesal karena setiap aku hampir sampai mendekati danau pasti suara itu menghilang dan aku merasa kecewa karena aku tidak menemukan apapun disana. Tidak ada satupun yang sedang bermain biola. Yang ada hanya rimbunan pohon dan genangan air yang begitu tenang. Seperti semuanya sedang membisu. Aku begitu penasaran, kenapa suara seindah itu harus disembunyikan. Dan lagi-lagi aku kembali ke vila dengan perasaan kecewa dan rasa penasaran yang begitu mendalam.   
Bersambung....